Telesales atau Massager?
Setahun Penuh Pelajaran: Perjalanan Karir dari Telesales Hingga Terapis Pijat
Assalamualaikum Wr. Wb.
Tak terasa, setahun sudah kisah itu berlalu. Ini adalah perjalanan yang penuh liku, dari Jakarta hingga Malang, yang memberi banyak pelajaran berharga tentang pekerjaan, kenyamanan, dan keluarga. Rasanya sayang jika tidak saya abadikan di sini sebagai pengingat.
Cerita ini dimulai pada awal Februari 2017. Saya mendapat penawaran menarik untuk menjadi telesales di salah satu bank swasta terkemuka di Jakarta. Mungkin sebagian pembaca belum terlalu familiar dengan profesi telesales? Sederhananya, ini adalah pekerjaan menjual produk atau layanan melalui telepon.
Dengan girang, saya menyanggupi tawaran itu dan segera melengkapi berkas-berkas yang diperlukan. Pada awalnya, saya sangat menikmati profesi sebagai sales yang tidak mengharuskan terjun ke lapangan. Kami hanya duduk di depan komputer dan menghubungi daftar nasabah yang diberikan oleh Supervisor.
Meski begitu, cacian bahkan terkadang ancaman sering berteriak di telinga kami saat menawarkan produk. Namun, dengan semangat membara, kami pantang menyerah demi memenuhi target yang harus kami dapatkan.
Jenuh dan Mundur: Mencari Jalan Lain
Sebulan lebih bekerja di sana, lama-lama rasanya jenuh juga. Badan rasanya sangat tak karuan. Belum lagi, saya harus kerja sampingan menjadi tukang urut untuk menambah penghasilan. Karena saat itu saya masih dalam masa training dan belum digaji, jadi saya memang harus mencari tambahan agar bekal tidak habis.
Dengan beban kerja yang tinggi dan tekanan dari atasan, saya mulai goyah. Akhirnya saya memutuskan untuk mengundurkan diri pada 13 April 2017.
Merantau ke Malang: Mencari Ketenangan Hati
Pada 17 April 2017, saya dan istri merantau ke kota Malang. Saya mendapat pekerjaan sebagai terapis massage atas rekomendasi teman. Walau secara materi lebih kecil dari bank, pekerjaan ini jauh lebih tenang. Dan menjelang kelahiran anak pertama kami, saya pulang ke kampung halaman.
Menanti Kelahiran Putri: Jauh di Mata, Dekat di Hati
Setelah pulang dan kembali lagi ke Malang, saya melanjutkan pekerjaan sebagai massager. Namun, semua terasa sepi tanpa istri. Komunikasi hanya melalui ponsel. Tapi saya yakin, semua akan terbayar saat menyambut kelahiran putri kami.
Pelajaran Berharga dari Perjalanan Setahun
- Setiap pekerjaan itu punya risiko sendiri. Saya belajar bahwa tidak semua pekerjaan cocok bagi kita.
- Sebelum resign, pastikan ada alternatif penghasilan. Jangan buru-buru keluar tanpa rencana matang.
- Pilih pekerjaan yang nyaman dan berkah. Bukan hanya gaji besar, tapi juga ketenangan batin.
- Jauh dari istri itu menyiksa. Keluarga adalah sumber semangat utama.
Demikian kisah saya. Semoga ada pelajaran yang bisa dipetik, baik oleh saya sendiri di masa depan maupun oleh Anda yang sedang membaca ini.
Komentar
Posting Komentar