Jasa Pijat Urut Kusuk Tunanetra Najaha Sehat Bila anda berada di Kabupaten Siak Sri Indrapura Propinsi Riau, anda dapat memanjakan tubuh anda dengan jasa layanan pijatan profesional oleh terapis yang bersertifikat. Kunjungi situs resmi kami untuk info selengkapnya di http://www.najaha.id

Cari artikel

Telesales atau Massager?

Tak terasa setahun sudah kisah itu berlalu.
Awal bulan Februari 2017 lalu, aku mendapat penawaran menjadi telesales di salahsatu Bank suasta yang berpusat di Jakarta. Tentunya pembaca ada yang belum faham bagaimana pekerjaan telesales itu kan? Coba baca artikel di bawah ini http://www.pelatihanbisnisindonesia.com/telemarketing-atau-telesales-mana-yang-anda-butuhkan/ Ok, sudah faham kira-kira ya? Lanjut lagi ceritanya.

Dengan girang aku menyanggupinya dan segera melengkapi berkas-berkas yang diperlukan. Pada awalnya aku sangat menikmati profesi menjadi sales yang tidak harus terjun ke lapangan. Kami hanya duduk di depan computer dan menghubungi contacts nasabah yang diberikan oleh sang mandor atau bahasa merekanya Supervisor (Spv). Apa itu Supervisor? Bagi yang ingin tahu tugas seorang Supervisor, baca artikel di bawah ini https://www.ruangpegawai.com/ragam/mengenal-tugas-supervisor-tanggung-jawabnya-di-perusahaan-1198 Cacian, bahkan terkadang ancaman sering berteriak di telinga kami disaat menawarkan prodak dari Bank, tapi dengan semangat membara kami pantang menyerah demi memenuhi target yang harus kami dapatkan.

Sebulan lebih bekerja di sana, lama-lama rasanya jenuh juga. Setiap pagi hari harus berangkat ke kantor, keluar pada awal malam dan sisa malam itulah kami beristirahat. Badan sangat tak karuan rasanya. Belum lagi aku harus kerja sampingan menjadi tukang urut atau tukang kusuk bahasa sebagian orang sumatera, untuk menambah penghasilan yang kubawa dari rumah.
Lho, kan udah kerja di Bank gajinya gede?
Saat itu masih masa trening dan kita belum digaji. Jadi harus cari tambahan agar bekal tidak habis.
Dengan kerja sambilan ditambah dengan harus bekerja di kantor dari senin hingga sabtu, menghadapi cacian dan makian pelanggan, serta Supervisor yang menekan karena didesak atasan untuk segera mendapat target besar, lama-lama otak ini menjadi panas. Takutnya penyakit berangsur-angsur mendekatiku, mending aku mundur dari pekerjaan super edan itu. Pada saat pertama down, teman-teman satu tim dan Spv masih bisa memberikan motifasi dan semangat agar aku kuat menjalani tugas. Tapi lama-kelamaan kok makin jenuh. Ditambah lagi saat browsing di internet, banyak yang mengeluh dan kesal karena mereka ditelpon terus sama bank di tempat aku bekerja. Fikir punya fikir, takutnya malah tidak berkah, dan kebetulan ada alasan untuk pulang, akhirnya tekatku mundur makin kuat. Tepat pada hari kamis 13 April 2017, aku mengundurkan diri.

Lepas dari kungkungan kantor, pada hari Senin 17 April, aku dan isteri merantau ke kota malang. Ya, saat di Jakarta, aku memang ditemani isteri. Dengan alasan ingin membawa isteriku pulang karena sudah hamil besarlah aku bisa bebas dari bank. Karena mereka tidak mengizinkan cuti terlalu lama. Aku mendapatkan pekerjaan sebagai terapis massage di kota Malang atas rekomendasi temanku yang memang sudah setahun di sana. Sebenarnya dalam urusan materi, aku rugi karena gajiku tentu lebih besar saat kerja di bank dibanding menjadi tukang pijat. Tetapi pekerjaan ini jauh lebih tenang dan tidak membuat jengkel dengan urusan yang selalu membuat emosi. Lagi pula, ini hanya sementara menjelang aku mengantar my wive yang katanya ingin melahirkan di rumah orangtuanya. Dan pada hari Rabu 3 Mei 2017, aku dan isteri meninggalkan kota malang menuju ke Bandara surabaya untuk mendarat di PekanBaru. Kami tidak singgah ke rumah orangtuaku karena hari sudah menjelang sore dan kami langsung memesan travel ke Siak Sri Indrapura.

Rabu 7 Juni 2017, aku berangkat meninggalkan kota Siak menuju ke PekanBaru. Walau berat meninggalkan sang isteri yang tengah hamil tua, tetapi aku harus bekerja untuk mempersiapkan kelahiran puteri kami yang diperkirakan akan lahir di pertengahan Agustus nanti. Tak banyak yang kulakukan di PekanBaru, karena aku mempersiapkan keberangkatanku ke malang hari sabtunya.

Sabtu 10 Juni 2017, sore harinya aku tiba kembali di kota Malang dan masih melanjutkan pekerjaanku sebagai massager. Masih kamar yang sama dan tempat kerja yang sama, hanya saja tiada isteri yang menemani tidurku. Hanya lewat ponsel saja kami berkomunikasi pada saat itu. Uh, sangat tidak menyenangkan bila kita berjauhan. Mulai dari tidur sendiri, apa-apa sendiri. Apalagi biasanya kopi atau teh sudah tersedia dan tinggal suruput, kali ini harus membuatnya sendiri baru bisa dinikmati. Tapi tak jadi soal. Toh semua ini akan cepat berlalu menjelang kelahiran puteri kami.
Lho, kok tahu kalau bayi yang ada di dalam perut itu perempuan?
Setidaknya begitu kata dokter setelah kami memeriksakannya dengan USG. https://doktersehat.com/apa-itu-usg-apa-berbahaya-bagi-bayi/

Bulan agustuspun tiba, aku rencananya akan mengakhiri pekerjaanku di kota Malang. Kalau isteriku jadi melahirkan dipertengahan Agustus, rasanya aku tidak akan kuat untuk meninggalkan anak dan isteriku. Lebih baik aku bekerja di Riau saja agar tidak terlalu jauh dari mereka.

Begitulah kisah pekerjaanku setahun lalu, tak terasa waktu bergulir begitu cepatnya.
Ada beberapa pelajaran yang dapat ku ambil dari keadaanku tahun lalu:
1. Setiap pekerjaan itu mempunyai resiko tersendiri. Pada dasarnya yang mendorongku menerima tawaran kerja di bank hanya karena penasaran ingin mengalaminya langsung. Dulu beberapa orang temanku yang sudah pernah kerja di sana sering mengatakan kalau pekerjaan jadi telesales itu tidak menyenangkan. Tapi dasar akunya yang penasaran, begitu ada peluang, aku langsung mencobanya.
2. Sebelum resign, sebaiknya sudah memiliki pekerjaan pengganti. Bila kita langsung mengundurkan diri tanpa punya pegangan, itu sama halnya dengan bunuh diri. Bukan tidak percaya dengan Tuhan yang telah mengatur rejeki, tapi namanya manusia harus berusaha. Sebab kalau ternyata disaat kita mengundurkan diri dari pekerjaan dan nganggur, akan banyak penyesalan dikemudian hari terutama masalah perekonomian yang tak mengenal ampun. Untungnya aku menghubungi teman yang dapat memberi solusi bila aku keluar dari pekerjaanku dan aku langsung mendapat penggantinya walau tidak sebesar gajiku di bank.
3. Carilah pekerjaan yang membuat hidup kita nyaman dan terutama menjadi berkah. Bila kita hanya mengejar materi dunia, kita akan kehilangan sangat banyak hal-hal yang seharusnya dapat membahagiakan hidup kita. Kalau saya masih bertahan di bank, mungkin benar saya akan hidup enak, tapi sayangnya enaknya hanya banyak uang saja. Selebihnya saya harus menahan amarah dan emosi setiap menemukan permasalahan di kantor. Bila emosi terus-menerus, takutnya malah darah tinggi. Lagi pula dalam bekerja itu, kita tak lepas dari earphone. Sudah banyak teman-teman saya yang mengeluhkan telinganya yang bermasalah. Sebelum hal itu terjadi kepada saya, lebih baik cari aman. Yah, mungkin bagi yang betah dan mampu bertahan akan mengatakan saya lemah. Ya, lebih baik saya mengatakan saya lemah dari pada saya sok jago yang bahkan bisa merugikan diri sendiri. Karena setiap manusia punya daya tahan yang berbeda.
4. Jauh dari isteri itu sangat tidak menyenangkan. Carilah pekerjaan yang memungkinkan kita tidak akan berjauhan dengan keluarga. Karena banyak godaan di luaran bila kita semakin menjauh dari keluarga.
Mungkin segitu dulu kisahku. Lain kali kita akan berjumpa lagi dengan momen-momen yang memang sengaja kuabadikan di sini agar menjadi kenangan dan pelajaran untuk saya dan mungkin bagi para pengunjung.

Bagi yang kebetulan berkunjung ke kota Siak,
dipersilahkan mampir ke Klinik pijat urut kusuk Najaha Sehat untuk merasakan manfaat massage terapi.
Aha, tak usah khawatir bagi para wanita,
ada isteri saya yang siap memijat full body.
Jadi ga akan risih bila diterapi nanti.
Untuk dede bayi juga akan diterapi oleh isteri saya.

Baca juga Postingan terkait di bawah ini:

Belum ada tanggapan untuk "Telesales atau Massager?"

Posting Komentar