Jasa Pijat Urut Kusuk Tunanetra Najaha Sehat Bila anda berada di Kabupaten Siak Sri Indrapura Propinsi Riau, anda dapat memanjakan tubuh anda dengan jasa layanan pijatan profesional oleh terapis yang bersertifikat. Kunjungi situs resmi kami untuk info selengkapnya di http://www.najaha.id

Cari artikel

Akibat Pesugihan Online Part II

Bagi yang belum baca kisah sebelumnya, silahkan klik saja tautan di bawah ini:
Part I

Akibat Pesugihan Online

Oleh Wan Zul Chairansyah

Part II

Pagi itu badanku terasa sakit semua. Mungkin karena aku terjatuh semalam.
Aku coba menggeliat untuk meregangkan otot-otot yang serasa kaku. Memang agak segar rasanya.
Kemudian aku bangkit dan merapikan rambutku serta beranjak dari kasur untuk bersiap mandi.
Entah kenapa pandanganku terarah ke tempat tadi malam aku terjatuh. Aku melihat seperti ada uangku yang jatuh di tengah kamar pada saat aku terduduk semalam. Eh! Tapi sepertinya ada yang aneh.

Aku tidak membawa uang seratus ribu, bahkan di kamar ini. Aku ingat betul karena aku belum mengambil uang di ATM.
Jadi ini uang siapa? Apa ini uang mama? Ah, tapi rasanya agak sedikit aneh. Entah kenapa aku merasa ini agak janggal.
Aku terlonjak ketika menangkap sekelebatan bayangan yang terpantul dari cermin kamarku dan aku tiba-tiba merinding.
Jangan-jangan ini…..
Oh tuhan, tapi aku kan belum menyetujui perjanjian itu! Kenapa dia berani-beraninya?
Aku takut menyentuh uang yang masih terhampar di lantai. Aku takut kalau seandainya aku menyentuhnya, berarti aku menyetujui persugihan itu.
Oh tidak! Aku tidak berani.

Ku lirik jam dinding dan sepertinya masih ada waktu untuk mandi dan aku rasa tidak akan terlambat ke sekolah.
Aku segera berbenah dan menghabiskan sarapanku buru-buru dan kembali lagi ke kamar.
“Lho, kenapa makannya buru-buru?” tanya papa agak heran melihat ketergesaanku.
“Itu pa, aku masih belum kelar mengerjakan PR tadi malam.” Kilahku sambil berlari ke kamar.
Sayup kudengar gerutuan papa yang memprotes kelakuanku.
Tapi aku sudah tidak sempat lagi berfikir untuk mendengar ocehannya. Karena ini sangat penting demi mereka juga.
Aku harus menghubungi penyedia layanan pesugihan online itu dan akan menyuruhnya untuk mengambil kembali tuyul celaka itu.

“Maaf, kami hanya menyediakan jasa pemanggilan tuyul, dan kami tidak bertanggung jawab setelah itu. Bukankah sebelum pemesanan kami sudah mengingatkan segala resikonya anda yang tanggung?”
Begitulah jawaban penyedia layanan sialan itu.
Aduh, aku benar-benar panik karena tiba-tiba ada balasan chat susulan dari situs itu yang mengatakan kalau aku membatalkan perjanjian dengan tuyul, aku akan diteror terus sampai kapan pun.
Bahkan katanya kasus yang kualami ini tidak sedikit orang yang melakukannya dan rata-rata mereka stres, gila dan sampai ada yang tewas karena tidak tahan dengan teror sang tuyul.
Tidak, aku tidak boleh menyerah dan takut!
Tentu ada jalan lain agar tuyul itu bisa pergi.
Memanggil orang pintar atau apalah itu, yang pasti ada cara untuk menyelesaikan kasus ini.
Toh aku belum menyetujui perjanjian dengannya.
Segera ku matikan laptop dan membenahi peralatan sekolah.
Lebih baik kamar ini ku kunci agar tidak ada orang yang masuk ke sini lalu menyentuh uang maut itu.

Setibanya di sekolah, teman-teman pada heboh karena Ratih bercerita kalau dia semalam melihat tuyul masuk ke kamarnya dan pagi tadi ia kehilangan uang seratus ribu.
Aku jadi pucat. Berarti tuyul itu benar-benar beraksi.
“Kamu kenapa?” tiba-tiba Ratih menatapku dan bertanya karena ia melihatku agak pucat.
“A… Aku takut aja kalau kejadian itu ku alami.” Kilahku padanya.
“Tidak usah takut, kita kan masih punya tuhan. Aku yakin nanti orang yang memelihara tuyul itu akan dapat balasan yang setimpal. Ucap Ratih yang semakin membuat dadaku berdegup kencang.
Masih untung dia tidak curiga. Tapi perkataannya tadi seolah-olah berdoa agar aku dihukum Tuhan.
Ih, bagaimana ini baiknya ya?
Aku jadi bingung.
Bagaimana kalau perkataan Ratih jadi kenyataan dan berbalik menyerangku?
Oh Tuhan, maafkanlah aku.
Aku benar-benar tidak sengaja melakukan hal ini.
Tetapi pernah kudengar kalau do’a orang yang teraniaya itu cepat terkabul.
Apa lebih baik aku mengaku saja kepada Ratih?
Tapi, aku takut kalau ia menjadi marah dan kutukannya akan lebih berbahaya lagi.

Pelajaran demi mata pelajaran berlalu begitu saja tanpa dapat kucerna sedikitpun.
Hari ini aku benar-benar tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran.
Bayangan muka jelek yang menyeringai itu selalu menghantuiku.
Bahkan ketika kekasihku Dion menyapa dan mengajakku kekantin, aku hanya menggeleng lemah dan tak beranjak dari tempat dudukku.
Karena dia tak berhasil membujukku, akhirnya dengan agak jengkel ia pergi ke kantin sendirian.
Ah, mungkin ia akan pergi bersama teman-temannya.
Yang jelas, saat ini aku hanya ingin sendiri dan berharap bel pulang sekolah dipercepat.

Saat kulirik punggung Dion yang mulai menjauhiku, ada yang aneh.
Kenapa rambut Dion panjang?
Ih, itu bukan rambut!
Itu tuyul yang bergelantungan di pundak Dion.
Ya Tuhan, bahkan sesiang ini dia muncul.
Tuhan, lindungilah kekasihku.
Jangan Dion ya Tuhan.
Aku hanya bisa menangis sendirian di kelas ini.
Tapi untunglah, saat bel masuk, Dion masih aman dan aku tidak melihat si jelek itu dibelakang Dion.

Sepulang sekolah, aku dikejutkan karena bi Ijah pembantu rumah kami masuk rumahsakit.
Kabarnya ia terserempet motor saat menyebrang jalan di depan rumahku.
Untung papa melihat kejadian itu dan segera membawa bi Ijah kerumahsakit.
Aku masuk kamar untuk ganti pakayan dan akan ikut mama ke rumahsakit menjenguk bi Ijah.
Saat aku membuka pintu kamar, aku terhenyak kaget karena uang seratusan itu ternyata sudah di atas meja belajarku.
Mungkin itu perbuatan si botak jelek yang kembali menerorku.
Tapi aku segera mengusir rasa takut dan bergegas berpakayan lalu menyusul mama yang sudah menunggu di mobil.

“Bagaimana keadaannya bi?” tanya mama setibanya kami di Sana.
“masih lemas bu. Untungnya saya hanya lecet saja.” Jawab bi Ijah lemah.
“Aduh bi, lain kali hati-hati kalau nyebrang.” Nasehatku sok pintar.
“Ya non.” Jawabnya lirih. “Eh ya, tadi pagi pas bibi nyapu kamar non Angel, bibi lihat uang non Angel jatuh di lantai. Bibi ambil dan saya taruh di meja belajar non Angel.”
Aku tersentak mendengar pengakuannya.
Aku lupa kalau pembantuku yang baik ini punya kunci cadangan.
Ia memang sangat dipercaya keluarga kami. Dan biasanya dia memang membereskan kamarku ketika aku sedang tidak di kamar.
Berarti bibi yang memindahkan uang maut itu dan untung ia hanya menyentuh sebentar saja.
Aku bergidik ngeri membayangkan seandainya aku yang menggunakan uang itu dan menghabiskannya.
Baru menyentuhnya saja sudah hampir celaka.
Sialan, kali ini dia berhasil membuatku sedikit was-was.
Kufikir ia hanya berani menerorku saja. Tapi ini malah orang yang berhubungan denganku terkena imbasnya.
Tapi kan bibi beres-beres kamarnya pagi-pagi?
Apa bisa ya dia keluar siang hari?
Eh ya, dia kan bukan hantu, jadi bisa berkeliaran kapan saja dia suka.
Ah, sudahlah, yang penting bibi selamat dan aku harus bisa melawan teror ini.

Perlahan kutatap wajah bi Ijah yang agak lecet dibagian pipi kirinya.
Kasihan bi Ijah.
“Cepat sembuh ya bi.” Ucapku sedih.
Walau bagaimanapun, akulah penyebab kecelakaan ini.
“Ya non. Kata dokter, bibi boleh pulang besok.” Ucapnya masih agak lemas.
Mungkin ia agak syok karena kecelakaan itu.

Part Selanjutnya
Bagi yang kebetulan berkunjung ke kota Siak,
dipersilahkan mampir ke Klinik pijat urut kusuk Najaha Sehat untuk merasakan manfaat massage terapi.
Aha, tak usah khawatir bagi para wanita,
ada isteri saya yang siap memijat full body.
Jadi ga akan risih bila diterapi nanti.
Untuk dede bayi juga akan diterapi oleh isteri saya.

Baca juga Postingan terkait di bawah ini:

Belum ada tanggapan untuk "Akibat Pesugihan Online Part II"

Posting Komentar