Jasa Pijat Urut Kusuk Tunanetra Najaha Sehat Bila anda berada di Kabupaten Siak Sri Indrapura Propinsi Riau, anda dapat memanjakan tubuh anda dengan jasa layanan pijatan profesional oleh terapis yang bersertifikat. Kunjungi situs resmi kami untuk info selengkapnya di http://www.najaha.id

Cari artikel

Akibat Pesugihan Online Part V

Bagi yang belum baca kisah sebelumnya, silahkan klik saja tautan di bawah ini:
Part IV

Akibat Pesugihan Online

Oleh Wan Zul Chairansyah

Part V

Aku hanya bisa mondar-mandir di ruang tamu dan semakin cemas.
Sekarang sudah hampir jam sembilan, tapi Ratih belum tampak batang hidungnya.
“Ya ampun, Ratih kenapa belum pulang juga.” Gumamku semakin khawatir karena biasanya sekitar jam sembilanan tuyul itu akan memulai terornya.
Tiba-tiba terdengar bunyi gedubrak yang spontan membuat kami terpekik.

“Angel, Rika, Ita, apa kabar? Kenapa kalian seperti ketakutan?”
Ternyata itu Ratih yang muncul.
Ia terpaku sejenak di ambang pintu, dan segera berlari ceria sambil mengembangkan tangannya langsung memeluk kami bergantian.
“Harusnya aku yang terkejut dengan kedatangan kalian yang mendadak ini.”
“Ratih, kami kesini karena aku ingin minta maaf.” Ucapku sambil berdiri dan mendekati Ratih.
Aku tak kuasa menahan tangis dan memeluknya sambil tak henti-hentinya meminta maaf.
“Angel, kamu kenapa?” tanyanya keheranan.
“Ma... maafkan aku Ratih. Sebenarnya a… aku yang menggunakan t… tuyul itu.” Ucapku sambil tersedu dipelukan Ratih.
“Tuyul apa?” tanya Ratih kebingungan. “Kamu duduk dan coba tenangkan diri dulu.” Ia membimbingku kembali duduk.
“Kamu masih ingat tentang uangmu yang hilang?” tanyaku yang kini sudah dapat mengendalikan diri.
Ratih agak sedikit terkejut, dan tak lama kemudian iapun tersenyum.
“Ih, kamu ini aneh. Kenapa kamu lakukan hal terkutuk itu dan sekarang kenapa tiba-tiba kamu mengakuinya?” ujarnya sambil menggeleng keheranan.
Dengan menghilangkan rasa malu, aku menceritakan semuanya kepada Ratih dari mulai aku cemburu , sampai kami tiba di rumahnya.
Ia kadang menggelengkan kepala, kadang tersenyum, dan kadang menunjukkan ekspresi jengkel mendengar kisahku.
“Angel, aku tidak punya niat sedikitpun untuk merebut kekasihmu.” Ucapnya agak geli..
“Maafkan aku Ratih. Untung aku belum sempat menuduh kalian terang-terangan.” Kataku dengan penuh penyesalan. “Oh ya, ini uangmu yang hilang. Walaupun ini bukan uang yang diambil tuyul itu, tapi anggap ini sebagai gantinya.” Aku agak tersipu mengulurkan selembaran uang seratus ribu kepada Ratih.
“Sudahlah, simpan saja. Aku sudah menganggap itu suatu musibah.” Ujarnya yang membuatku tak bisa menahan titik air mata penyesalan.
“sekarang yang harus kita fikirkan adalah bagaimana cara kita mengusir teror itu.” Ratih mulai berfikir, dan sepertinya ia agak gelisah.
“Kamu kenapa?” tanyaku padanya.
“Pisau itu dibawa Randy.” Jawabnya yang sekaligus membuat ciut nyali kami semua yang ada di sini.
“Siapa itu Randy?” tanya Rika.
“dia... teman istimewa.” Jawab Ratih agak kemalu-maluan.
Jelas sudah dugaanku selama ini salah besar kepadanya. Lagi-lagi aku minta maaf karena berprasangka jelek.
“Ya ampun! Bagaimana ini? Sebentar lagi tuyul itu akan memulai terornya.” Kata Rika khawatir.
Semua mata tertuju kearah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

“Aaaaaaaaaa!” terdengar jeritan dari arah dapur.
Kami bergegas ke belakang dan mendapati ibu Ratih yang terduduk di lantai dapur sambil menjerit ketakutan.
“Kenapa bu?” tanya Ratih sambil memeluk ibunya.
“Sewaktu ibu hendak mengambil gula di lemari dapur, ternyata di dalam lemari itu ada kepala anak kecil botak menyeringai kepada ibu.
Mata kami semua tertuju pada lemari yang masih terbuka dan di sana kepala itu sudah tidak ada.
Kami yakin tuyul itu sudah memulai terornya.
“aaaaaaaaaaaaaaaaaaa!” kali ini kami semua berteriak karena tiba-tiba listrik di rumah ini mati.
“Lari!” kami tidak tahu siapa yang memerintahkan lari, yang jelas akupun meneriakkan perkataan yang sama.
Kami semua berlomba untuk mencapai pintu depan yang kebetulan belum sempat tertutup saat Ratih pulang.
Tinggal beberapa langkah lagi kami akan berhasil keluar, tiba-tiba kami terpental kebelakang karena tersandung sesuatu.
Dan aku yakin itu badan anak jelek sang tuyul.
Karena terdengar suara tawa anak kecil yang berputar-putar mengelilingi kami yang mencoba untuk berdiri.
“Ayo Angel, sebutkan siapa yang akan kamu tunjuk menjadi tumbal.” Tuyul itu masih meminta aku untuk menunjuk korban yang harus kupersembahkan kepadanya.
“Pergiiiiiiiiii!” teriakku histeris.
“Aku tidak akan pergi sebelum mendapat tumbal. Dan kalau kau tidak menyerahkannya, baiklah, aku yang akan memilih tumbal sendiri diantara teman-temanmu.
“Jangaaaaaaaaaaan!” teriakku putus asa sambil menangis.
Kami coba tetap berlari menuju pintu dan akhirnya kami berhasil keluar dari rumah.
Tapi tunggu! Ratih? Ya, Ratih tertinggal di dalam.

“Ratih! Ayo keluar!” teriak kami sangat cemas.
“Aaaaaaaaaaaaaaa!”
Terdengar jeritan Ratih di dalam sana.
Tanpa sempat kami cegah, ibunya menghambur ke dalam menyusul Ratih.
Reflek kami bertiga mengejar dan masuk kembali ke dalam.
Saat itu lampu telah menyala dan kami melihat tuyul itu tengah asik bergelantungan berayun-ayun di rambut Ratih.
“Tolooooooooong! Tolong aku!” jerit ratih yang meringis kesakitan.
Mendengar ratapan Ratih, tuyul itu semakin senang dan dia semakin kencang berayun.
Ya Tuhan, ia mulai mengelilingi tubuh ratih dan otomatis rambut ratih yang panjang kini membelit lehernya sendiri.
“Jangaaaaaaaan!” teriak kami bersama.
Tapi kami tak bisa berbuat apa-apa.
Kaki ku sangat kaku dan aku yakin semua kami mengalami hal yang sama.
Ya, kami tidak bisa menggerakkan tubuh untuk menolong Ratih.

“Enyah kau!” Seseorang muncul dan berlari mendekati Ratih yang tengah berkutat dengan si Tuyul.
Terlihat Ratih kini terkapar dan Tuyul itu langsung menjerit kesakitan.
Entah apa yang terjadi, yang jelas tuyul itu berubah menjadi asap yang meninggalkan bau anyir sangat menyengat.
Saat asap itu memudar seiring hilangnya pekikan sang tuyul, kami melihat sesosok tubuh yang memapah Ratih dan membantunya duduk di sofa yang tak jauh dari posisinya terjatuh.
Sontak kami semua mendekati Ratih dan ibunya langsung memeluk anaknya yang hampir celaka ditangan sang tuyul.”Terimakasih Randy.” Ucap Ratih lirih.
“Sudahlah, yang penting kamu selamat.” Kata Randy menenangkannya. “Tadi tas belanjaan kamu ketinggalan di mobilku. Makanya aku segera balik lagi ke sini.”
Randy bangkit dan berjalan keluar menuju mobil dan kembali ke rumah sambil menenteng bungkusan dan menaruhnya di hadapan Ratih.
“Syukurlah kita semua selamat. Baiklah, sebaiknya tante bikin minum dulu buat kalian.” Ibu Ratih tersenyum lega dan segera bangkit menuju dapur.
“Aku temani ya tante.” Ita bergegas bangkit menyusul beliau ke dapur.

“Semua ini salahku.” Aku menunduk malu dan tak mampu menahan airmata penyesalan yang bergulir perlahan membasahi pipi.
Ratih bangkit dan memeluku seraya berkata lembut memaafkanku.
“Sudahlah, yang penting saat ini kita semua selamat.” Ucapan yang tulus dan lembut itu sangat membuatku makin merasa bersalah.
“Makanya, lain kali jangan coba-coba berurusan dengan jin.” Randy ikut bersuara.
“Untungnya aku belum jauh. Dan pisau ini pun rencananya akan aku gunakan untuk menolong sahabat papa. Katanya anak beliau diusik tuyul. Untungnya kios papa bersebelahan dengan orang yang menjual barang antik dan punya pisau yang bisa membunuh setan. Jadi langsung saja aku dan Ratih membelinya.” Sambungnya lagi sambil menunduk memungut pisau yang masih tergeletak di lantai.
Sepertinya tadi ia buru-buru menusuk atau melemparkannya ke si tuyul itu.
“Ya, tadinya aku ingin menaruh barang belanjaanku dulu ke rumah, dan kami akan langsung menuju ke rumah sahabat papanya Randy. Tapi aku malah lupa dan meninggalkan belanjaanku di mobil Randi. Mungkin karena sangat buru-buru.” Sela Ratih.
“Memangnya Sahabat papa kamu diteror juga?” tanya Rika sepertinya mulai curiga.
“ya, beliau tinggal di komplek sebelah sini juga. Dan sepertinya aku harus segera kesana untuk membantu beliau.” Jawab Randy yang kini sudah menyimpan pisaunya dan bersiap-siap hendak pergi.
“Kamu tidak perlu lagi ke sana, Ran.” Cegahku yang kini sudah memahami siapa yang hendak dibantu Randy.
“Tapi katanya malam ini tuyul itu akan mengancam keluarga mereka.” Jawab Randy yang terus melangkah menuju ke luar.
“Kamu ingin membantu pak Rendra kan?” tanyaku.
Randy mengangguk dan hendak melangkah pergi.
“Rendra itu papaku. Pasti dia yang mintatolong sama papamu.”
Randy berhenti dan kembali ke dalam.
“Jadi kamu yang diteror itu?” tanyanya sambil menatapku.
Aku mengangguk dan spontan kami yang ada diruangan itu tertawa geli.
Ibu Ratih dan Ita muncul dari dapur dan segera bergabung bersama kami dan ikut pula tertawa karena telah terlepas dari ketakutan yang hampir saja merenggut nyawa Ratih.


Cerita ini tentu masih banyak kekurangan.
Tapi aku akan tetap berusaha menjadi penulis yang semakin baik lagi.
Terimakasih bagi yang sudah sempat membaca dan berkenan meninggalkan corat-coretnya di sini.
Bagi yang kebetulan berkunjung ke kota Siak,
dipersilahkan mampir ke Klinik pijat urut kusuk Najaha Sehat untuk merasakan manfaat massage terapi.
Aha, tak usah khawatir bagi para wanita,
ada isteri saya yang siap memijat full body.
Jadi ga akan risih bila diterapi nanti.
Untuk dede bayi juga akan diterapi oleh isteri saya.

Baca juga Postingan terkait di bawah ini:

Belum ada tanggapan untuk "Akibat Pesugihan Online Part V"

Posting Komentar